Siapa yang tak kenal dengan kawasan Gambir yang berada di daerah Jakarta Pusat. Di kawasan ini terdapat beberapa tempat populer, seperti Stasiun Gambir, Monas, Masjid Istiqlal, Gereja Katedral, Lapangan Banteng, hingga Taman Ismail Marzuki. Namun adakah yang tahu, mengapa kawasan tersebut diberi nama Gambir?
Terdapat dua versi asal usul dari pemberian
nama gambir untuk kawasan tersebut. Ada yang mengatakan jika kata Gambir
berasal dari nama seorang tokoh Belanda, yaitu Letnan Gambier, yang kala itu
ditugaskan oleh Gubernur Jenderal Daendels untuk membangun jalan di kawasan
yang dulunya masih merupakan rawa dan hutan tersebut. Sedangkan versi keduanya
mengatakan bahwa nama Gambir diambil dari nama pohon gambir yang banyak tumbuh
di daerah tersebut.
Nah, terlepas dari asal usul nama Gambir
itu sendiri, adakah yang tahu tentang pohon gambir ini? Walaupun sering
mendengar nama gambir, namun sepertinya tak begitu banyak orang yang tahu mengenai
tanaman yang satu ini. Mungkin karena tanamannya jarang ditemui atau jarang
digunakan, sehingga tak begitu populer di tengah masyarakat. Yuk, cari tahu
lebih lanjut mengenai tanaman gambir.
Sekilas Tentang Gambir
Gambir merupakan tanaman yang termasuk
dalam keluarga kopi-kopian (Rubiaceae). Tanaman ini berupa perdu yang tumbuh
melilit, dan memiliki batang yang keras. Daun dan ranting tanaman ini diambil
untuk diekstrak, kemudian dicetak menyerupai silinder dan dikeringkan, dengan hasil
warna coklat kehitaman atau kekuningan.
Gambir yang sudah berbentuk silinder inilah
yang banyak ditemui dan dijual di pasaran. Produknya dinamakan betel bite
atau plan masala. Sedang bentuk lainnya dalam bentuk bubuk atau ‘biskuit’,
dan dinamakan gutta gambir, catechu, dan catechu pallidum (pale catechu).
Gambir yang telah dicetak berbentuk silinder |
Di Indonesia, gambir banyak ditemui
tumbuh liar di hutan-hutan di Sumatera dan Kalimantan. Dulu, penduduk lokal
sering menggunakan gambir sebagai bahan campuran untuk menyirih. Namun ternyata
gambir juga memilikii manfaat lain, yaitu sebagai campuran obat, seperti obat
sakit kepala, sariawan, luka bakar, sakit kulit, diare, hingga membantu
melancarkan sistem pencernaan.
Tak hanya itu, gambir juga banyak
dimanfaatkan di industri kosmetik, farmasi, pangan, serta sebagai bahan
penyamak kulit, bahan pewarna tekstil, dan perekat kayu lapis atau papan
partikel. Ini karena gambir mengandung zat flavonoid (gambiirin), catechins, zat penyamak, serta sejumlah
alkaloid. Senyawa polifenol, seperti catechins dikenal sebagai katekin dan tanin,
yang memiliki berbagai macam manfaat.
Indonesia, negara pengekspor gambir terbesar di dunia |
Kerennya, Indonesia merupakan negara
pengekspor gambir terbesar di dunia. Komoditas gambir Indonesia menjadi unggulan
di berbagai mancanegara. Negara yang menjadi tujuan utama ekspor gambir di
antaranya adalah Pakistan, Bangladesh, Malaysia, Filipina, Jepang, dan yang
terbesar adalah ke India.
Permintaan gambir dari negara Anak Benua
tersebut terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Di sana sebagian besar
gambir digunakan sebagai pengganti katha yang diekstrak dari kayu khair. Ini Pemerintah India sendiri sudah membatasi penebangan pohon khair sebagai upaya konservasi
hutan. Sehingga gambir yang karakteristiknya mirip dengan katha, akhirnya sering
digunakan sebagai penggantinya. Katha ini sering digunakan dalam industri pan
masala dan guthkha, yaitu produk yang biasa dikonsumsi masyarakat India dengan
cara dikunyah.
Sumatera Barat merupakan daerah penghasil
gambir terbesar di Indonesia. Kondisi geografis dan iklim yang ideal, ditambah
dengan warisan budaya lokal menyebabkan tanaman gambir dapat tumbuh subur di
sana. Di Sumbar sendiri ada dua daerah yang menjadi penghasil gambir terbesar,
yaitu Kabupaten Lima Puluh Kota dan Kabupaten Pesisir Selatan.
Sebagai komoditas unggulan di Sumbar,
kuantitas dan nilai ekspor gambir Sumbar terus mengalami peningkatan, sehingga
Sumbar pun diposisikan sebagai barometer gambir nasional. Sumbar mampu memasok
hingga 90 persen dari total produksi gambir nasional.
Tak heran jika banyak petani di sana yang
membudidayakan tanaman ini dan menjadikannya sebagai mata pencaharian. Namun
begitu, Pemerintah Provinsi Sumatera Barat sendiri mengimbau masyarakatnya, terutama
para eksportir untuk mulai menjual produk turunan gambir agar mendapatkan nilai
lebih.
Nilai Lebih dari Inovasi Produk Turunan Gambir
Biasanya Indonesia mengekspor produk
gambir dalam bentuk bahan mentah ke berbagai negara di dunia. Beberapa dari
negara tersebut, kemudian menggunakan dan mengolahnya menjadi berbagai produk
jadi berupa produk pangan dan kesehatan, seperti pasta gigi, obat kumur, dan teh
gambir, yang kemudian diekspor kembali ke Indonesia. Tentunya ini tak
memberikan nilai lebih bagi Indonesia.
Pemerintah sendiri sudah beberapa tahun
belakangan ini menggaungkan program hilirisasi, dan mengingatkan para eksportir
agar jangan sampai mengekspor produk dalam bentuk bahan mentah. Komoditas unggulan
yang banyak dimiliki Indonesia, termasuk gambir, mestinya dapat memberikan
nilai tambah terhadap pendapatan negara. Tak hanya nilai tambah, dengan program
hilirisasi ini juga dapat membuka kesempatan kerja bagi masyarakat.
Inovasi Produk Teh Daun Gambir dari Pemudi Sumbar
Hal ini juga yang ditangkap oleh seorang
pemudi asal Sumatera Barat bernama Nela Hari Zona. Lahir dari besar di daerah
penghasil gambir terbesar, membuat Nela berkeinginan untuk menjadikan gambir
sebagai produk yang memiliki nilai lebih. Pemudi yang tahun ini genap berusia
34 tahun tersebut lantas berinovasi membuat teh dari daun gambir.
Nela Hari Zona dan inovasi teh daun gambirnya |
Sebenarnya idenya untuk membuat teh dari
daun gambir sudah tercetus sejak ia masih duduk di bangku kuliah. Ia sempat
melakukan eksperimen beberapa saat sebelum menamatkan studinya di Universitas
Sumatera Selatan (USU) pada tahun 2012. Sayangnya, saat itu hasilnya belum
cukup memuaskan. Teh daun gambir yang diraciknya terlalu pahit untuk bisa
dikonsumsi.
Namun Nela pantang menyerah, dan ia terus
melanjutkan eksperimennya. Trial dan error bahkan dialaminya
selama hampir 2 tahun lebih. Hingga akhirnya ia menemukan rasa teh daun gambir
yang pas dan sesuai. Menurutnya teh daun gambir yang diraciknya mengandung antioksidan
yang tinggi, serta memiliki cita rasa yang hampir sama seperti teh biasa.
Di tahun 2015, Nela resmi meluncurkan
produk teh daun gambirnya, dengan branding Lamaza, hingga akhirnya resmi menjadi
perusahaan dengan nama PT Esteh Gambir Lamaza. Nama Lamaza sendiri berasal dari
suku kata LA yang diambil dari nama Nela, suku kata MA dari nama almarhumah ibunya,
yaitu Marnis, serta suku kata ZA dari nama almarhum ayahnya, Zaini. Nela yakin
dengan membuka usaha karena orang tua, dan dilakukan dengan cara yang baik akan
memperoleh hasil yang baik juga.
Inovasi teh daun gambir kemasan bubuk |
“Ada yang suka dan mendukung inovasi ini.
Tapi ada juga yang tidak suka. Mungkin karena selama ini gambir jarang
dikonsumsi oleh masyarakat. Ini yang saya terima saat melakukan kunjungan door
to door ke rumah masyarakat setelah melakukan peluncuran produk,” ungkap Nela
mengenang perjuangannya saat dulu memperkenalkan produknya ke tengah
masyarakat.
Inovasi produk teh daun gambir ready to drink |
Seiring berjalannya waktu, produk yang dihasilkan
Lamaza terus berinovasi mengikuti perkembangan zaman. Jika awalnya tehnya
dikemas dalam bentuk serbuk, kini sudah tersedia dalam kemasan teh celup dan teh
ready to drink. Bahkan belum lama ini Nela meluncurkan produk es teh gambir
dengan berbagai varian rasa dan toping, serta camilan sehat berupa stik daun
gambir.
Aneka produk inovasi dari daun gambir yang diproduksi PT Esteh Gambir Lamaza yang diinisiasi oleh Nela |
Tak hanya didistribusikan ke berbagai
store dan supermarket, Nela juga membuka usaha warung Lamaza nya sendiri, yang
menyediakan aneka produk yang diproduksi oleh PT Esteh Gambir Lamaza. Selain
itu, Nela bersama dengan produk Lamaza nya juga aktif mengikuti berbagai
kegiatan seperti pameran dan festival untuk memperkenalkan produk inovasi daun gambir yang
kaya akan manfaat tersebut kepada masyarakat luas.
Apresiasi untuk Sang Inovator Produk Daun Gambir dari Sumbar
Usaha yang dirintis Nela tak hanya
memberikan manfaat bagi masyarakat, namun juga bagi para petani gambir di lingkungan
tempat tinggalnya, yakni di Nagari Gunuang Malintang, Kecamatan Pangkalan
Koto Baru, Kabupaten Lima Puluh Kota. Ya, salah satu alasan yang membuat Nela
tergerak untuk berinovasi terhadap tanaman gambir adalah melihat nasib para petani
gambir yang sering menderita saat harga gambir murah.
Gambir yang dulunya hanya dijadikan teman
‘menyirih’ dan dijual mentah ke pasaran, kini dapat dinikmati layaknya minuman
kekinian, yang tentunya memiliki nilai lebih. Nela pun bertekad akan terus berinovasi dalam mengolah gambir agar
bisa menghasilkan produk turunan lainnya yang bermanfaat bagi orang lain.
Usaha Nela tersebut ternyata dilirik oleh
Astra. Pada gelaran Apresiasi 13th SATU Indonesia Awards 2022, nama Nela Hari
Zona tercatat sebagai salah satu penerima penghargaan ajang bergengsi tersebut.
Upaya Nela untuk mengembangkan produk olahan dari daun gambir memang patut
mendapatkan apresiasi. Ia masuk dalam kategori individu di bidang
Kewirausahaan, dengan produk Diversifikasi Produk Turunan Gambir.
Gelaran Apresiasi 13th SATU Indonesia Awards 2022 |
Untuk diketahui, SATU Indonesia Awards
merupakan salah satu program yang digelar oleh PT Astra International sejak
tahun 2010. Program ini bertujuan untuk memberikan apresiasi kepada generasi
muda, baik individu maupun kelompok, yang memiliki kepeloporan dan melakukan
perubahan untuk berbagi dengan masyarakat sekitarnya, baik di bidang Kesehatan,
Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan, dan Teknologi, serta satu kategori
Kelompok yang mewakili kelima bidang tersebut.
Nela dan semangatnya dalam menciptakan produk
inovasi dari daun gambir, yakni tanaman yang menjadi komoditas unggulan bangsa
ini selaras dengan Semangat Astra Terpadu Untuk Indonesia (SATU Indonesia),
untuk dapat berperan aktif dan berkontribusi nyata dalam meningkatkan kualitas
hidup masyarakat Indonesia, melalui karsa, cipta, dan karya terpadu, baik dalam
bentuk produk maupun layanan karya anak bangsa, Insan Astra yang unggul, serta
kontribusi sosial yang berkelanjutan, dengan tujuan dapat memberikan nilai
tambah bagi kemajuan bangsa Indonesia.
Tak ada alasan untuk tidak bisa berinovasi.
Sejatinya inovasi itu hanya dibutuhkan tekad, dedikasi, dan keinginan yang kuat
untuk menciptakan sesuatu yang bermanfaat, baik untuk diri sendiri maupun untuk
orang lain. Seperti yang telah dilakukan Nela. Tekadnya yang kuat tak menghalanginya
untuk terus maju dan berinovasi, walaupun mengalami kegagalan berkali-kali.
Yuk, generasi muda, mari bersama, berkarya, berkelanjutan untuk masa depan
Indonesia yang lebih cemerlang!
Referensi:
Sumber data dan gambar: E-Booklet Penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards 2023, Canva, akun Instagram @nelaharizona dan @lamaza.id, pustaka.setjen.pertanian.go.id, sudutpayakumbuh.com, radioidola.com, sumbar.antaranews.com, ppid.pertanian.go.id, remen.id, Indonesia.go.id, auto2000.com, newshanter.com.
0 comments