INOVASI PRODUK TEH DAUN GAMBIR DARI PEMUDI SUMBAR

By Dewi Sulistiawaty - November 09, 2024

 inovasi produk teh daun gambir nela hari zona sumbar

Siapa yang tak kenal dengan kawasan Gambir yang berada di daerah Jakarta Pusat. Di kawasan ini terdapat beberapa tempat populer, seperti Stasiun Gambir, Monas, Masjid Istiqlal, Gereja Katedral, Lapangan Banteng, hingga Taman Ismail Marzuki. Namun adakah yang tahu, mengapa kawasan tersebut diberi nama Gambir?

Terdapat dua versi asal usul dari pemberian nama gambir untuk kawasan tersebut. Ada yang mengatakan jika kata Gambir berasal dari nama seorang tokoh Belanda, yaitu Letnan Gambier, yang kala itu ditugaskan oleh Gubernur Jenderal Daendels untuk membangun jalan di kawasan yang dulunya masih merupakan rawa dan hutan tersebut. Sedangkan versi keduanya mengatakan bahwa nama Gambir diambil dari nama pohon gambir yang banyak tumbuh di daerah tersebut.

Nah, terlepas dari asal usul nama Gambir itu sendiri, adakah yang tahu tentang pohon gambir ini? Walaupun sering mendengar nama gambir, namun sepertinya tak begitu banyak orang yang tahu mengenai tanaman yang satu ini. Mungkin karena tanamannya jarang ditemui atau jarang digunakan, sehingga tak begitu populer di tengah masyarakat. Yuk, cari tahu lebih lanjut mengenai tanaman gambir.

 

Sekilas Tentang Gambir

Gambir merupakan tanaman yang termasuk dalam keluarga kopi-kopian (Rubiaceae). Tanaman ini berupa perdu yang tumbuh melilit, dan memiliki batang yang keras. Daun dan ranting tanaman ini diambil untuk diekstrak, kemudian dicetak menyerupai silinder dan dikeringkan, dengan hasil warna coklat kehitaman atau kekuningan.

Gambir yang sudah berbentuk silinder inilah yang banyak ditemui dan dijual di pasaran. Produknya dinamakan betel bite atau plan masala. Sedang bentuk lainnya dalam bentuk bubuk atau ‘biskuit’, dan dinamakan gutta gambir, catechu, dan catechu pallidum (pale catechu).

gambir yang telah dikeringkan jadi betel bite
Gambir yang telah dicetak berbentuk silinder

Di Indonesia, gambir banyak ditemui tumbuh liar di hutan-hutan di Sumatera dan Kalimantan. Dulu, penduduk lokal sering menggunakan gambir sebagai bahan campuran untuk menyirih. Namun ternyata gambir juga memilikii manfaat lain, yaitu sebagai campuran obat, seperti obat sakit kepala, sariawan, luka bakar, sakit kulit, diare, hingga membantu melancarkan sistem pencernaan.

Tak hanya itu, gambir juga banyak dimanfaatkan di industri kosmetik, farmasi, pangan, serta sebagai bahan penyamak kulit, bahan pewarna tekstil, dan perekat kayu lapis atau papan partikel. Ini karena gambir mengandung zat flavonoid (gambiirin), catechins, zat penyamak, serta sejumlah alkaloid. Senyawa polifenol, seperti catechins dikenal sebagai katekin dan tanin, yang memiliki berbagai macam manfaat.

Pohon gambir terbesar di Indonesia
Indonesia, negara pengekspor gambir terbesar di dunia

Kerennya, Indonesia merupakan negara pengekspor gambir terbesar di dunia. Komoditas gambir Indonesia menjadi unggulan di berbagai mancanegara. Negara yang menjadi tujuan utama ekspor gambir di antaranya adalah Pakistan, Bangladesh, Malaysia, Filipina, Jepang, dan yang terbesar adalah ke India.

Permintaan gambir dari negara Anak Benua tersebut terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Di sana sebagian besar gambir digunakan sebagai pengganti katha yang diekstrak dari kayu khair. Ini Pemerintah India sendiri sudah membatasi penebangan pohon khair sebagai upaya konservasi hutan. Sehingga gambir yang karakteristiknya mirip dengan katha, akhirnya sering digunakan sebagai penggantinya. Katha ini sering digunakan dalam industri pan masala dan guthkha, yaitu produk yang biasa dikonsumsi masyarakat India dengan cara dikunyah.

Sumatera Barat merupakan daerah penghasil gambir terbesar di Indonesia. Kondisi geografis dan iklim yang ideal, ditambah dengan warisan budaya lokal menyebabkan tanaman gambir dapat tumbuh subur di sana. Di Sumbar sendiri ada dua daerah yang menjadi penghasil gambir terbesar, yaitu Kabupaten Lima Puluh Kota dan Kabupaten Pesisir Selatan.

Sebagai komoditas unggulan di Sumbar, kuantitas dan nilai ekspor gambir Sumbar terus mengalami peningkatan, sehingga Sumbar pun diposisikan sebagai barometer gambir nasional. Sumbar mampu memasok hingga 90 persen dari total produksi gambir nasional.

Tak heran jika banyak petani di sana yang membudidayakan tanaman ini dan menjadikannya sebagai mata pencaharian. Namun begitu, Pemerintah Provinsi Sumatera Barat sendiri mengimbau masyarakatnya, terutama para eksportir untuk mulai menjual produk turunan gambir agar mendapatkan nilai lebih.

 

Nilai Lebih dari Inovasi Produk Turunan Gambir

Biasanya Indonesia mengekspor produk gambir dalam bentuk bahan mentah ke berbagai negara di dunia. Beberapa dari negara tersebut, kemudian menggunakan dan mengolahnya menjadi berbagai produk jadi berupa produk pangan dan kesehatan, seperti pasta gigi, obat kumur, dan teh gambir, yang kemudian diekspor kembali ke Indonesia. Tentunya ini tak memberikan nilai lebih bagi Indonesia.

Pemerintah sendiri sudah beberapa tahun belakangan ini menggaungkan program hilirisasi, dan mengingatkan para eksportir agar jangan sampai mengekspor produk dalam bentuk bahan mentah. Komoditas unggulan yang banyak dimiliki Indonesia, termasuk gambir, mestinya dapat memberikan nilai tambah terhadap pendapatan negara. Tak hanya nilai tambah, dengan program hilirisasi ini juga dapat membuka kesempatan kerja bagi masyarakat.

 

Inovasi Produk Teh Daun Gambir dari Pemudi Sumbar

Hal ini juga yang ditangkap oleh seorang pemudi asal Sumatera Barat bernama Nela Hari Zona. Lahir dari besar di daerah penghasil gambir terbesar, membuat Nela berkeinginan untuk menjadikan gambir sebagai produk yang memiliki nilai lebih. Pemudi yang tahun ini genap berusia 34 tahun tersebut lantas berinovasi membuat teh dari daun gambir.

nela hari zona berinovasi dengan teh daun gambir
Nela Hari Zona dan inovasi teh daun gambirnya 

Sebenarnya idenya untuk membuat teh dari daun gambir sudah tercetus sejak ia masih duduk di bangku kuliah. Ia sempat melakukan eksperimen beberapa saat sebelum menamatkan studinya di Universitas Sumatera Selatan (USU) pada tahun 2012. Sayangnya, saat itu hasilnya belum cukup memuaskan. Teh daun gambir yang diraciknya terlalu pahit untuk bisa dikonsumsi.

Namun Nela pantang menyerah, dan ia terus melanjutkan eksperimennya. Trial dan error bahkan dialaminya selama hampir 2 tahun lebih. Hingga akhirnya ia menemukan rasa teh daun gambir yang pas dan sesuai. Menurutnya teh daun gambir yang diraciknya mengandung antioksidan yang tinggi, serta memiliki cita rasa yang hampir sama seperti teh biasa.

Di tahun 2015, Nela resmi meluncurkan produk teh daun gambirnya, dengan branding Lamaza, hingga akhirnya resmi menjadi perusahaan dengan nama PT Esteh Gambir Lamaza. Nama Lamaza sendiri berasal dari suku kata LA yang diambil dari nama Nela, suku kata MA dari nama almarhumah ibunya, yaitu Marnis, serta suku kata ZA dari nama almarhum ayahnya, Zaini. Nela yakin dengan membuka usaha karena orang tua, dan dilakukan dengan cara yang baik akan memperoleh hasil yang baik juga.

inovasi teh daun gambir nela hari zona
Inovasi teh daun gambir kemasan bubuk

“Ada yang suka dan mendukung inovasi ini. Tapi ada juga yang tidak suka. Mungkin karena selama ini gambir jarang dikonsumsi oleh masyarakat. Ini yang saya terima saat melakukan kunjungan door to door ke rumah masyarakat setelah melakukan peluncuran produk,” ungkap Nela mengenang perjuangannya saat dulu memperkenalkan produknya ke tengah masyarakat.

inovasi produk teh daun gambir ready to drink
Inovasi produk teh daun gambir ready to drink

Seiring berjalannya waktu, produk yang dihasilkan Lamaza terus berinovasi mengikuti perkembangan zaman. Jika awalnya tehnya dikemas dalam bentuk serbuk, kini sudah tersedia dalam kemasan teh celup dan teh ready to drink. Bahkan belum lama ini Nela meluncurkan produk es teh gambir dengan berbagai varian rasa dan toping, serta camilan sehat berupa stik daun gambir.

produk diversifikasi turunan dari daun gambir nela hari zona
Aneka produk inovasi dari daun gambir yang diproduksi PT Esteh Gambir Lamaza
yang diinisiasi oleh Nela

Tak hanya didistribusikan ke berbagai store dan supermarket, Nela juga membuka usaha warung Lamaza nya sendiri, yang menyediakan aneka produk yang diproduksi oleh PT Esteh Gambir Lamaza. Selain itu, Nela bersama dengan produk Lamaza nya juga aktif mengikuti berbagai kegiatan seperti pameran dan festival untuk memperkenalkan produk inovasi daun gambir yang kaya akan manfaat tersebut kepada masyarakat luas.


Apresiasi untuk Sang Inovator Produk Daun Gambir dari Sumbar

Usaha yang dirintis Nela tak hanya memberikan manfaat bagi masyarakat, namun juga bagi para petani gambir di lingkungan tempat tinggalnya, yakni di Nagari Gunuang Malintang, Kecamatan Pangkalan Koto Baru, Kabupaten Lima Puluh Kota. Ya, salah satu alasan yang membuat Nela tergerak untuk berinovasi terhadap tanaman gambir adalah melihat nasib para petani gambir yang sering menderita saat harga gambir murah.  

Gambir yang dulunya hanya dijadikan teman ‘menyirih’ dan dijual mentah ke pasaran, kini dapat dinikmati layaknya minuman kekinian, yang tentunya memiliki nilai lebih. Nela pun bertekad akan terus berinovasi dalam mengolah gambir agar bisa menghasilkan produk turunan lainnya yang bermanfaat bagi orang lain.

Usaha Nela tersebut ternyata dilirik oleh Astra. Pada gelaran Apresiasi 13th SATU Indonesia Awards 2022, nama Nela Hari Zona tercatat sebagai salah satu penerima penghargaan ajang bergengsi tersebut. Upaya Nela untuk mengembangkan produk olahan dari daun gambir memang patut mendapatkan apresiasi. Ia masuk dalam kategori individu di bidang Kewirausahaan, dengan produk Diversifikasi Produk Turunan Gambir.

Apresiasi SATU Indonesia Awards 2022
Gelaran Apresiasi 13th SATU Indonesia Awards 2022

Untuk diketahui, SATU Indonesia Awards merupakan salah satu program yang digelar oleh PT Astra International sejak tahun 2010. Program ini bertujuan untuk memberikan apresiasi kepada generasi muda, baik individu maupun kelompok, yang memiliki kepeloporan dan melakukan perubahan untuk berbagi dengan masyarakat sekitarnya, baik di bidang Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan, dan Teknologi, serta satu kategori Kelompok yang mewakili kelima bidang tersebut.  

Nela dan semangatnya dalam menciptakan produk inovasi dari daun gambir, yakni tanaman yang menjadi komoditas unggulan bangsa ini selaras dengan Semangat Astra Terpadu Untuk Indonesia (SATU Indonesia), untuk dapat berperan aktif dan berkontribusi nyata dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia, melalui karsa, cipta, dan karya terpadu, baik dalam bentuk produk maupun layanan karya anak bangsa, Insan Astra yang unggul, serta kontribusi sosial yang berkelanjutan, dengan tujuan dapat memberikan nilai tambah bagi kemajuan bangsa Indonesia.    

Tak ada alasan untuk tidak bisa berinovasi. Sejatinya inovasi itu hanya dibutuhkan tekad, dedikasi, dan keinginan yang kuat untuk menciptakan sesuatu yang bermanfaat, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain. Seperti yang telah dilakukan Nela. Tekadnya yang kuat tak menghalanginya untuk terus maju dan berinovasi, walaupun mengalami kegagalan berkali-kali. Yuk, generasi muda, mari bersama, berkarya, berkelanjutan untuk masa depan Indonesia yang lebih cemerlang!

 

Referensi:

Sumber data dan gambar: E-Booklet Penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards 2023, Canva, akun Instagram @nelaharizona dan @lamaza.id, pustaka.setjen.pertanian.go.id, sudutpayakumbuh.com, radioidola.com, sumbar.antaranews.com, ppid.pertanian.go.id, remen.id, Indonesia.go.id, auto2000.com, newshanter.com.

  • Share:

You Might Also Like

0 comments